Membangun rumah minimalis di dataran tinggi sudah menjadi trend di masyarakat Indonesia terutama kalangan yang berada dengan motivasi ingin mempunyai rumah berlibur. Ada juga yang membangun rumah di dataran tinggi untuk dijadikan sarana untuk mencari uang sengan cara disewakan kepada wisatawan – wisatawan yang ingin berlibur selama beberapa hari. Dataran tinggi di Indonesia terkenal dengan kesejukan dan keindahan pemandangannya. Maka dari itu, tidak sedikit orang yang berlomba – lomba membeli dan membangun rumah di dataran tinggi dengan alasan kesenangan dan ekonomi. Sebut saja daerah puncak di Bogor. Banyak sekali rumah minimalis semacam ini yang kita temui di sana baik yang digunakan untuk kepentingan pribadi atau kepentingan ekonomi.
Membangun rumah di dataran tinggi bukanlah suatu hal yang mudah. Banyak hal yang harus dipertimbangkan karena membangun rumah minimalis di dataran tinggi tidak akan sama dengan membangun rumah di kota. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum membangun rumah di dataran tinggi adalah masalah lahan, keamanan, pemeliharaan, dan potensi – potensi lain yang bisa kita dapatkan dari rumah tersebut. Banyak kasus dimana pembangunan rumah di dataran tinggi menjadi sia – sia karena kurang pertimbangan dan kecermatan si pemilik dalam menimbang dan memperkirakan resiko – resiko yang akan terjadi. Banyak diantara rumah – rumah itu yang ditinggalkan oleh pemiliknya hingga bertahun – tahun karena kesalahan dalam penempatan atau bahkan keamanan.
Hal pertama yang harus dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk membangun rumah di dataran tinggi adalah keadaan lahan yang akan digunakan untuk membangun rumah. Dataran tinggi di Indonesia biasanya terdiri dari perbukitan dan pegunungan, dan sebagian besar tanah di dataran tinggi mempunyai level kemiringan yang cukup tinggi. Kemiringan tanah merupakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan karena rumah harus dibangun di tanah yang datar. Masalah ini dapat diatasi dengan cara meratakan tanah bangunan dengan menggunakan, misalnya, peralatan berat untuk menambahkan tanah pada daerah miring dan meratakannya. Kegemburan tanah juga merupakan hal yang krusial dalam pembangunan rumah karena semakin gembur tanahnya semakin sulit untuk pondasi rumah minimalis di dataran berdiri dengan kokoh.
Hal kedua yang harus diperhitungkan sebelum membangun rumah minimalis di dataran tinggi adalah keamanan. Masalah keamanan sebenarnya bisa saja terjadi di mana saja, tetapi di dataran tinggi masalah keamanan bukan hanya bisa datang dari faktor manusia saja. Faktor keamanan dari alam juga harus dipertimbangkan dengan baik karena daerah yang miring biasanya rawan terhadap tanah longsor dan banjir. Kita seing mengira bahwa rumah di dataran tinggi yang mempunyai kemiringan yang cukup tidak akan mungkin terkena banjir karena air akan langsung mengalir ke bawah. Tetapi sebenarnya, banjir dapat saja terjadi karena tanah yang digunakan untuk membangun rumah pasti datar dan dapat menampung air yang turun dari daerah miring di atas rumah. Dengan banyaknya air yang mengalir melewati daerah rumah, maka tanah rumah akan terkisis sedikit demi sedikit dan kemungkinan terjadinga longsor akan bertambah. Ada baiknya membangun saluran air yang baik untuk mencegah hal tersebut.
Hal ketiga yang tidak kalah penting untuk dipertimbangakn adalah penggunaan potensi lahan yang maksimal. Rumah minimalis di dataran tinggi hampir harus memiliki akses ke pemandangan yang indah. Lalu pemanfaatan lahan sisa juga harus dipertimbangkan. Misalnya, lahan sisa bisa digunakan untuk membangun kolam renang, taman, atau kebun agar manfaat dari memiliki rumah di dataran tinggi bisa didapatkan secara maksimal. Pemanfaatan lahan sisa sebenarnya tidak terlalu vital untuk pembangunan rumah minimalis di dataran tinggi karena banyak juga yang tidak memiliki lahan sisa yang begitu luas.
0 komentar:
Posting Komentar